Jakarta, posinternasional.com
Natalia Rusli sudah DPO lambat menanginya, pihak Polda Metro Jaya masih memilah-milah penangani kasus, minggu (19/03).
Diduga Polda belum memastikan kinerja belum tepat sasaran.
LQ Indonesia Lawfirm menyoroti perubahan fenomena yang terjadi di kepolisian Sangat sulit meminta aparat kepolisian untuk menjalankan tugas menangkap penjahat.
Kapolda Metro Jaya saja takut menangkap Raja Sapta Oktohari dan pengacaranya Natalia Rusli yang sudah jadi Tersangka dan DPO.
Jelas dan terang, Natalia Rusli melecehkan kepolisian dengan tidak kooperatif dan menolak hadir pemeriksaan polisi.
Namun, dimana Marwah Kapolda Metro Jaya, bukannya menangkap Natalia Rusli malah takut dan kabur dari tugasnya sebagai Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya.
Malu saya, melihat seorang jenderal Polisi bintang dua dipecundangi oleh seorang wanita muda Natalia Rusli.
Berarti benar kata Alvin Lim ketua kami, bahwa Natalia Rusli lah Kapolri sebenernya bukan Listyo Sigit. Bagaimana Polri mau di hormati masyarakat jika moralitasnya krisis seperti ini?”
Natalia Rusli sebelumnya pernah menyampaikan di media, “Polisi itu bisa di beli, di bayar untuk dijadikan alat semau kita.
Kenapa saya harus takut kepada pihak kepolisian, bayar aja beres perkara?” Ujar Natalia Rusli dan anaknya Dylan Nathaniel ketika membocorkan jalannya gelar perkara di Irwasda Polda Metro Jaya.
Natalia Rusli dalam fotonya menunjukkan kedekatannya dengan Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran sehingga dirinya walau sudah DPO dan menjadi Tersangka kasus penipuan dan penggelapan puluhan Milyar lawyer fee korbannya.
Namun tidak ditangkap. Bahkan disinyalir dari bukti video beredar, Natalia Rusli tinggal dengan nyaman di salah satu rumah milik RSO dengan kelima anaknya.
arfaiz / posinter
[otw_is sidebar=otw-sidebar-7]
Related Posts
In this case, PT Pertamina (Persero) supports two priority programs, namely energy self-sufficiency and downstreaming.
The event began with a warm and solemn atmosphere through a series of activities.
In addition to the Chairperson of the PWI Tangerang Regency Sri Mulyo, the scene of giving a red rose was seen by dozens.
An innovative digital application designed to support the program to accelerate the reduction of stunting and eliminate extreme poverty in Tangerang Regency.
Of the 415 regencies, there are already around 412 Regency RTRWs, and of the 93 cities, there are already 91 City RTRWs.
No Responses