HTML
mgid.com, 766271, DIRECT, d4c29acad76ce94f mgid.com, 766271, DIRECT, d4c29acad76ce94f

Membangun urat nadi ekonomi di tengah belantara Sumbar

Suara terdengar asing menyeruak sayup-sayup dari kesunyian hutan di perbatasan Rimbo (rimba) Sariak Bayang Alahan Panjang, Kabupaten Solok, dan Rimbo Cubadak Randah, Nagari Muaro Aia, Kecamatan IV Nagari Bayang Utara, Kabupaten Pesisir, Sumatera Barat.

Makin lama suaranya terdengar makin keras, menggema. Berkelindan dengan suara tonggeret jantan yang tengah asik menebar pesona pada betinanya.

Bagi masyarakat Nagari (desa) Bayang Utara, suara asing itu adalah hal yang aneh. Perbatasan rimba perawan itu masuk dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) sehingga jarang sekali terdengar suara, selain nyanyian binatang hutan.

Namun perasaan aneh itu terjawab saat sejumlah pejabat dari Kabupaten Pesisir Selatan dan Pemprov Sumbar pada medio Oktober lalu ramai-ramai menunggu di mulut hutan. Lengkap dengan tari pasambahan, tarian penyambut tamu agung di Ranah Minang.

Mereka menyambut rombongan Gubernur Sumbar Mahyeldi dan puluhan pejabat terkait yang ikut meninjau kondisi jalan tembus Alahan Panjang-Bayang menggunakan sepeda motor trail. Jalan yang belum kunjung selesai dibangun sejak dimulai pengerjaannya pada 2011 atau 11 tahun lalu.

Ada 8 kilometer dari total panjang 52 kilometer yang belum selesai dikerjakan. Delapan kilometer itu masih jalan tanah, yang berlumpur setinggi lutut jika disiram hujan.

Tidak heran bila rombongan itu harus memacu adrenalin selama 8 jam untuk bisa melewati jalur yang dihiasi sejumlah tanjakan dan turunan mengikuti kontur tanah Bukit Barisan itu. Rombongan juga harus beberapa kali melintasi sungai kecil yang belum dilengkapi jembatan.

Maka tak heran pula saat muncul dari mulut hutan, kaki Gubernur Mahyeldi berluluk-luluk (berlumpur), layaknya petani keluar dari sawah. Beberapa orang ada yang terluka dan harus mendapatkan perawatan ringan. Bahkan ada yang harus dijemput, dievakuasi dari rimba karena tidak sanggup lagi melanjutkan perjalanan dengan sepeda motor trail.

Jalan sepanjang 52 kilometer itu memang sangat vital karena sebagai urat nadi perekonomian yang menghubungkan Pesisir Selatan di Pantai Barat Sumatera dengan dataran tinggi Kabupaten Solok.

Akses jalan itu akan memperpendek jarak antara dua kabupaten dari awalnya sekitar 139 kilometer dengan waktu tempuh normal 3,5 jam menjadi 52 kilometer dengan waktu tempuh hanya sekitar 30 menit.

Jamaknya kawasan daerah pantai, Pesisir Selatan merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi perikanan laut yang luar biasa. Daerah itu juga menjadi salah satu sentra budi daya ikan kerapu, jenis ikan yang jarang dikonsumsi masyarakat dataran tinggi Sumbar karena termasuk langka di pasar daerahnya.

Adapun Alahan Panjang kaya dengan sayur mayur dan komoditas perkebunan yang juga sangat dibutuhkan oleh masyarakat pesisir.

Selama ini hubungan ekonomi antara dua kabupaten sulit terwujud. Jaraknya memang hanya 139 kilometer. Dengan waktu normal butuh 3,5 jam. Namun itu jika waktu normal. Persoalannya, waktu normal itu hanya perhitungan matematis. Faktanya jarak itu kadang harus ditempah dalam waktu 5-6 jam karena harus melewati jalur ekstrem Sitinjau Lauik yang sering macet karena longsor atau terhambat truk rusak yang melintangi jalan.

 

antaranews.com/berita/3269965/membangun-urat-nadi

-ekonomi-di-tengah-belantara-sumbar

[otw_is sidebar=otw-sidebar-7]

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses